IMPLIKASI DIATHESIS PADA STRUKTUR SINTAKSIS BAHASA JEPANG

Japanese as a language with quite complex grammatical rules is increasingly visible in terms of its complexity when it comes to the discussion active, passive, causative, and causative-passive diathesis. This happens because does not use word be sign existence diathesis, but uses bound morphemes attached root verb. In connection this complexity, paper discussed diathesis how that make up have implications for structure sentences. Data form sentences are analyzed by using agih method employs markup reading technique. The results sentence analysis then depicted diagram see strata level per type, number valences, changes syntactic functions each participant sentence. From results, known formed from attachment morphemes, which auxiliary verbs on word, also morpheme. verb passive marker {-are-} while causative {-ase-}. Each these markers has an allomorph according class phonetic adjustments. Furthermore, creates changing nouns valences core constituents sentences.Bahasa Jepang sebagai bahasa yang mempunyai aturan gramatikal cukup kompleks makin terlihat kompleksitasnya dalam pembahasan mengenai aktif, pasif, kausatif dan kausatif-pasif. Hal ini terjadi karena tidak menggunakan kata untuk pemarkah adanya tetapi morfem-morfem terikat menempel pada akar verbanya. Sehubungan dengan kompleksitas tersebut tulisan dibahas dhiatesis bagaimana pembentuk berimplikasi struktur kalimat Jepang. berupa dianalisis metode teknik baca markah. Hasil dari analisis kemudian digambarkan suatu melihat tingkatan jenis kalimat, jumlah valensi, perubahan fungsi sintaksis setiap peserta ada kalimat. Dari hasil diketahui bahwa diatesis dibentuk pelekatan merupakan kerja bantu juga morfem terikat. Kata penanda pasif adalah sedangkan Masing-masing alomorf menurut golongan verbanya penyesuaian fonetis. Selanjutnya, menimbulkan implikasi berubahnya fungsi-fungsi nomina di valensi verba serta konstituen inti